Akademisi di Kotabaru Soroti Perlakuan KPU Kotabaru
KOTABARU, Metrokalsel – Anggota DPRD Kotabaru dalam keterangan tertulisnya menilai Komisi pemilihan umum daerah (KPUD) Kotabaru adalah mitra komisi 1 DPRD, apalagi wartawan.
” Saya pribadi merasa tidak nyaman jika melihat adanya miskomunikasi antara KPUD Kotabaru dan teman – teman Media Kabupaten kotabaru saat acara Debat Pilkada Kotabaru,” kata Rabbiansyah, anggota DPRD Kotabaru, Selasa (17/11/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apalagi berhembus kabar jika seluruh media kotabaru akan memboikot pemberitaan terkait penyelenggaraan pemilukada 2020 sampai selesai.
Bukan hanya soal debat, tentu hal ini sangat disayangkan, setelah dapat kabar tersebut dia mencoba menghubungi Ketua KPU Kotabaru untuk konfirmasi masalah tersebut.
” Kalu hanya soal teknis protokol covid, tentu masih bisa dicarikan cara lebih bijak. Yang terpenting sama-sama bisa menjaga protokolnya, jika terkait liputan debat yang memenangkan hak siar adalah Duta TV tentu juga harus di carikan cara sampai di posisi ring berapa media lokal bisa melakukan peliputan, tempat wawancara degan KPU, paslon atau pihak terkait,” ungkapnya Robbi sapaannya.
Dia merasa jangan terlaly kaku, teman – teman di pelosok daerah Kotabaru juga butuh informasi, kabar terupdate, karena live tadi malampun yang di siarkan duta tv, banyak sekali gangguan jaringan sehingga membuat sedikit tidak nyaman.
” Intinya kita harus saling memahami dan memaknai pesta demokrasi ini dengan sebaik baiknya, jangan sampai tercerai berai karena hal yang sangat spele, ” katanya.
Bukan hanya anggota Dewan, tokoh Akademisi juga memyoroti tindakan dari KPU Kotabaru. Misalnya saja dari Akademisi STKIP Paris Barantai Kotabaru, Rony Safriansyah
Saya sebagai seorang masyarakat, sangat menyangkan itu terjadi, Karena tentunya ini, sangat menguntungkan pihak KPUD sendiri dan pihak paslon dalam rangka mensosilisasikan diri dari sisi yang lain”, uarnya Rony.
Tentunya wartawan baik dari media cetak, elektronik maupun Online, mempuyai sisi yang berbeda dalam melakukan liputan dalam melakukan sebuah analisa, terhadap sebuah kegiatan, apalagi ini kegiatan debat pablik, yang harus diketahui oleh 29.000 pemilih di Kotabaru.
” Jadi tidak haya satu media saja, pada saat pelaksanaan tentunya para jurnalis kawan- kawan mempunyai angel, atau sisi pandangannya tersendiri dari Debat Publik itu,” katanya.
KPU Kotabaru tertolong karena terbantu disosialisasi oleh media bukan sebaliknya. Sehingga sangat disayangkan apa yang dilakukan KPU Kotabaru.
” Harapannya hal seperti ini tidak terjadi lagi di debat kedua nanti pada 30 November mendatang,” harapnya. (mka03)