Serah tetima hasil kajian Balai Besar Riset Pengelolaan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Metrokalsel.co.id, BATULICIN – Dinas Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu dan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka penyampaian hasil kajian susut pasca panen perikanan di Kabupaten Tanah Bumbu.
Susut hasil perikanan diartikan sebagai besarnya nilai kerugian yang dialami. Kegiatan tersebut dilakukan pada Kamis (11/11/2021) bertempat di Aula Dinas Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu.
Kegiatan yang bertujuan untuk menghitung susut hasil atau kerugian pasca panen perikanan dihadiri oleh Dinas Perikanan, Bappeda, Pelabuhan Perikanan Batulicin, serta para pelaku perikanan lainnya mulai dari nelayan, supplier, agen dan pedagang keliling.
FGD dibuka oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu, Yulian Herawati.
Peneliti BBRP2BKP, Singgih Wibowo berharap hasil kajian ini dapat menjadi bahan pertimbangan Pemda Tanah Bumbu guna mengambil kebijakan pembangunan perikanan khususnya pengurangan susut hasil perikanan.
“Pengurangan susut hasil sampai dengan 50 persen akan dirasa cukup signifikan dampaknya bagi kenaikan pendapatan nelayan, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan,” jelasnya.
Peneliti lain yang hadir pada acara tersebut menguak temuan hasil kajian yang dilakukan. “Susut hasil perikanan di Tanah Bumbu cukup tinggi, mencapai 8 persen untuk pelaku nelayan gillnet, sekitar 5 persen untuk pedagang keliling dan pasar dan sekitar 7 persen.
Bila dirupiahkan, nelayan gillnet mengalami kerugian Rp 70 juta per nelayan pertahun. Bila dihitung per bulan, kerugian yang dialami mencapai lebih dari Rp 5 juta per nelayan.
” Angka ini cukup besar lebih dari nilai UMR Daerah,” tambah Syamdidi yang juga mengemukakan nilai susut yang dialami oleh pedagang keliling dan pasar mencapai 1,3 Juta perbulan.
Ironisnya, susut atau kerugian ini tidak disadari oleh para nelayan dan pedagang. Dengan kata lain, kerugian yang terjadi merupakan sesuatu yang normal atau biasa.
Muhamad Darmawan, anggota tim peneliti, juga menyebutkan, susut hasil ini terjadi karena penerapan rantai dingin yang masih kurang baik. Ikan mengalami penurunan mutu pada setiap rantai pasok perikanan yang menyebabkan terjadinya penurunan harga jual ikan.
Karena itu, adanya kajian seperti ini sangat bermanfaat bagi para pelaku perikanan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Tanbu, Yulian Herawati memberikan apresiasi kepada Balai Besar Riset yang telah melakukan kajian susut hasil di Kabupaten Tanah Bumbu.
” Hasil kajian yang disampaikan oleh peneliti dari BBRP2BKP akan sangat bermanfaat bagi pengembangan perikanan di Tanah Bumbu, begitu juga untuk para pelaku perikanan. Bila susut hasil bisa dikurangi, pendapatan nelayan bisa meningkat,” kata Yulian.
Hasil kajian ini diharapkan bisa memberikan pemahaman kepada para nelayan agar dapat mengurangi susut hasil perikanan melalui penanganan ikan yang baik.
Kepala Dinas juga berharap rekomendasi yang disampaikan untuk mengurangi susut hasil perikanan dapat diimplementasikan di Kabupaten Tanah Bumbu sehingga kerugian atau susut hasil perikanan dapat dikurangi, minimal bisa berkurang 50 persen. (ril/mk)